JAKARTA, KOMPAS.com
- Spektrum frekuensi 700MHz banyak dipilih operator seluler di Indonesia
sebagai "rumah" untuk jaringan LTE. Ia disebut sebagai
"frekuensi emas."
Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Muhammad Budi Setiawan mengatakan, penyelenggaraan LTE di 700MHz sangat bermanfaat untuk percepatan jaringan nirkabel pita lebar (broadband) di koridor Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), terutama wilayah rural dengan BTS existing.
Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Muhammad Budi Setiawan mengatakan, penyelenggaraan LTE di 700MHz sangat bermanfaat untuk percepatan jaringan nirkabel pita lebar (broadband) di koridor Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), terutama wilayah rural dengan BTS existing.
Secara sifat, frekuensi rendah
memiliki jangkauan lebih luas. Dari sisi kapasitas juga bagus, dapat menembus
tembok dan basement gedung.
Presiden Direktur XL Axiata
Hasnul Suhaimi berpendapat, frekuensi 700MHz paling cocok dengan kondisi
geografis Indonesia. Kemampuan jangkauannya paling luas jika dihitung dari
pemanfaatan base station di setiap 10km persegi.
Dari sisi perangkat, ponsel
dan tablet sudah banyak yang mendukung frekuensi 700MHz. "Ada 284 model
perangkat yang mendukung 700MHz," kata Presiden Direktur Indosat Alexander
Rusli, dalam diskusi tentang 4G LTE di Jakarta, Kamis (14/3/2013), yang digelar
media bisnis telematika IndoTelko.
Menurut Alexander, dalam
menentukan frekuensi yang tepat untuk LTE, pemerintah dan para pemangku
kepentingan harus mengikuti tren global. "Kita harus mengikuti mainstream,
supaya apa yang sudah kita bangun, tidak mati pelan-pelan."
Di Asia Pasifik, tercatat ada 66 operator seluler yang sudah mengadopsi LTE. Frekuensi yang paling banyak digunakan adalah 2.100MHz, 700MHz, 2.600MHz, dan 1.800MHz.
Di Asia Pasifik, tercatat ada 66 operator seluler yang sudah mengadopsi LTE. Frekuensi yang paling banyak digunakan adalah 2.100MHz, 700MHz, 2.600MHz, dan 1.800MHz.
Menunggu digitalisasi televise
Di Indonesia, frekuensi 700MHz
kini digunakan untuk siaran televisi analog. Pemerintah sedang melakukan
program digitalisasi televisi, yang nantinya akan menghapus televisi analog.
Program ini akan selesai paling cepat di akhir 2017.
Jadi, jikalau pemerintah dan
operator seluler ingin menggelar LTE di 700MHz, harus menunggu hingga 2017.
Dari program digitalisasi televisi
itu, nanti frekuensi 700MHz akan memiliki digital dividend sebesar
112MHz. Nah, rentang pita sebesar 112MHz di frekuensi 700MHz itulah, yang akan
digunakan untuk alokasi jaringan LTE di Indonesia. Agar jaringan LTE bisa
optimal, alokasi yang dibutuhkan minimal 20MHz.
"Pemerintah perlu segera
membebaskan spektrum 700MHz karena frekuensi inilah yang terbaik untuk
LTE," harap Hasnul.
Di tengah desakan akan
kebutuhan LTE, Badan Regulasi Telelkomunikasi Indonesia (BRTI) tak meragukan
bahwa broadband bermanfaat untuk meningkatkan kemakmuran bangsa. BRTI
akan menyusun regulasi untuk mendukung ketersediaan LTE di Indonesia.
Meskipun, diakui oleh Anggota Komite BRTI Muhammad Ridwan Effendi, bahwa masih ada beberapa kendala dalam penyediaan spektrum LTE di Indonesia.
Meskipun, diakui oleh Anggota Komite BRTI Muhammad Ridwan Effendi, bahwa masih ada beberapa kendala dalam penyediaan spektrum LTE di Indonesia.
Kebutuhan masyarakat atas
jaringan nirkabel kecepatan tinggi menjadi tantangan tersendiri bagi operator
seluler. Vice President Region SEA & Oceania Ericsson Fadi Pharaon,
berpendapat, operator dipaksa melayani mobile broadband yang lebih
cepat dan lebih baik untuk mengakses berbagai aplikasi canggih dan aplikasi
berbasis cloud tanpa hambatan di setiap lokasi.
Operator CDMA juga
tertarik 4G
Selain operator GSM, operator
seluler CDMA juga tertarik mengadopsi LTE. Chief Technology Officer Smartfren
Merza Fachys mengatakan, kebutuhan untuk transformasi ke 4G sudah tidak dapat
dielakkan lagi. Karena, hampir seluruh penyedia jasa seluler sedang melakukan
transformasi dari voice centric provider menjadi data centric
provider.
Teknologi CDMA yang saat ini diimplementasikan Smartfren sudah sampai pada 1X Advance dan DO Advance, yang sesudah itu belum ada lagi teknologi kelanjutannya dari CDMA.
"Smartfren harus bertransformasi ke 4G dan Smartfren tidak bisa menunggu. 4G harus dimulai sekarang,” tandas Merza.
Teknologi CDMA yang saat ini diimplementasikan Smartfren sudah sampai pada 1X Advance dan DO Advance, yang sesudah itu belum ada lagi teknologi kelanjutannya dari CDMA.
"Smartfren harus bertransformasi ke 4G dan Smartfren tidak bisa menunggu. 4G harus dimulai sekarang,” tandas Merza.
Kemenkominfo sendiri punya
target menyelesaikan regulasi tentang 4G pada akhir 2013. Hingga kini belum ada
keputusan di frekuensi berapakah LTE akan digelar. Kemenkominfo masih fokus
menata ulang blok 3G agar berdampingan di frekuensi 2.100MHz.
Sumber: Kompas Tekno
No comments:
Post a Comment