Sunday, May 1, 2011

Bab IX | Manusia dan Harapan

Nama : Sulaiman Malik 
Kelas : 1KA33 
NPM : 16110730 
Dosen : Nunuk Sekarsari


PENGERTIAN HARAPAN
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan. Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.

Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.

Study Kasus :
  • Iman seorang mahasiswa Sistem Informasi Gunadarma, ia rajin belajar dengan harapan didalam ujian semester mendapatkan IPK yang baik
  • Vita seorang wiraswasta yang rajin. Sejak mulai menggarap usahanya ia mempunyai harapan usahanya menjadi besar dan maju. Ia yakin usahanya menjadi kenyataan, karena itu berusaha bersungguh-sungguh dengan usahanya.
Opini:    
Dari studi kasus diatass kita bisa melihat dua buah keinginan dari dua orang yang berbeda. Agar keinginan mereka tercapai mereka melakukan sesuatu, yaitu bekerja keras dengan harapan bahwa keinginan mereka akan tercapai kelak. Jadi, apabila kita mempunyai suatu harapan maka harapan terssebut harus dibarengi dengan usaha dan doa agar harapan kita tercapai.

Bab VIII | Manusia dan Kegelisahan

Nama : Sulaiman Malik 
Kelas : 1KA33 
NPM : 16110730 
Dosen : Nunuk Sekarsari


MANUSIA DAN KEGELISAHAN

Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan menipakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.

Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala; memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangannya; duduk termenung sambil memegang kepalanya; duduk dengan wajah munmg atau sayu, malas  bicara; dan lain-lain.

Kegelisahan merupakan salah satu elcspirsi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan, kekawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, behwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tecapai.

Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektit), kecemasan neorotfic dan kecemasan moril.

(a). Kecemasan Obyektif
Kecemasan tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya.

Contoh:
Kenyataan yang pemah dialami seseorang misalnya pemah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutannya itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan.    

Opini :
Kecemasan ini mungkin berdaasarkan dari trauma yang dirasakan atau pernah dirasakan seseorang. Mungkin trauma itu terjadi karena ada suatu pengalaman dimana seseorang terseebut menjalani sesuatu yang tidak menyenaangkan atau sesuatu yang mengancam dirinya, sehingga terjadilan kecemasan objektif tersebut.

(b). Kecemasan Neorotis (Syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni :

(1)       Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat akan terjadi.

Contoh :
Andi anak laki-laki berumur 9 tahun. Ia duduk di kelas IV SD. Pada suatu hari ia diberitahu ayahnya, bahwa minggu depan ayahnya dipindahkan ke kota lain. Mereka sekeluarga harus pindah. Sudah tentu Andi haruss ikut. Jadi ia harus pindah sekolah di kota tempat ayahnya bertugas. Ibu Andi nampak gelisah, karena tinggal di tempat yang lama ia sudah betah, berkat adanya seorang ibu yang aktif mengumpulkan dan memajukan ibu-ibu. Lebih-lebih Andi, karena baik di kampung maupun di sekolah Andi banyak kawannya. Karena itu ia takut kalau di tempat yang baru kelak ia tidak akan merasa betah. Bila tidak ikut pindah, akan ikut siapa; ikut pindah bagaimana di tempat yang baru nanti. Ia takut pada bayangannya sendiri.

Opini : 
Sebenarnya kita tiddak perlu mencemaskan sesuatu karena berlebihan. Justru karena mencemaskan sesuatu yang berlebihan maka kita akan berpikiran negative pada suatu keadaan yang sebenarnya kita sendiri belum menjalaninya. Melihat dari contoh diatas seharusnya keadaan tersebut tidak perlu dicemaskan, karena kita bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kita yang baru dan beradaptasi dengan orang-orang di lingkungan tersebut.

(2)      Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah, bahwa intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang ditakutkannya. 

Misalnya :
Seorang gadis takut memegang benda yang terbuat dari karet. Ia tidak mengetahui sebab ketakutan tersebut, setelah dianalisis; ketika masih kecil dulu ia sering diberi balon karet oleh ayahnya, satu untuk dia dan satu untuk adiknya. Dalam suatu pertengkaran ia memecahkan balon adiknya, sehingga ia mendapat hukuman yang keras dari ayahnya. Hukuman yang didapatnya dan perasaan bersalah menjadi terhubung dengan balon karet.

Opini:
Rasa takut seperti phobia ini merupakan rassa takut akan suatu objek tertentu, dan setiap manusia pasti memiliki phobia terhadap suatu objek. Apabila seseorang memiliki phobia yang berlebihan, bisa saja orang tersebut akan bereaksi dengan sangat berlebihan ataupun di luar nalar kita terhadap objek yang membuat ia phobia.

(3)      Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neorotis yang sangat menyakitkan dengan jalan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh id meskipun ego dan superego melarangnya.

Contoh :
Seseorang yang tidak biasa menyanyi atau bicara didepan umum, tiba-tiba dia diminta untuk menyanyi atau berpidato, maka ia gelisah, gemetar, dan hilang keseimbangan, sehingga sulit berbicara atau menyanyi.

Opini :
Rasa gugup sebenarnya bisa kita atasi dengan latihan yang intensif sehingga lama kelamaan rassa gugup itu akan hilang dengan sendirinya.

(c). Kecemasan Moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi antara lain: iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang. Rasa iri, benci, dengki, dendam itu merupakan sebagian dari pemyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Oleh karena itu sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami orang. Sifat-sifat seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa.

Misalnya :
Seseorang yang merasa dirinya kurang cantik, maka dalam pergaulannya ia terbatas kalau tidak tersisihkan, sementara itu ia pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan, sehingga kawan-kawannya lebih dinilai sebagai lawan. Ketidakmampuannya menyamai kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan moril.

Opini:
Kekurangan dan kelebihan memang dimiliki oleh setiap orang baik lahiriyah mauppun batiniyah. Oleh sebab itu setiap kekurangan yang kita miliki seharusnya menjadi suatu batu loncatan untuk membuat kita menjadi suatu kelebihan yang bisa kita tonjolkan. Oleh sebab itu janganlah menyalahkan kekurangan yang kita miliki, dan jangan mencemaskan kekurangan yang kita miliki dengan berlebihan.